Relawan Banjir Berkorban Demi Kemanusiaan
![]() |
Para relawan AMM Karawang bersama para pengungsi di Posko Darul Arqam Muhammadiyah Karawang |
Tidak semua orang mau jadi relawan saat terjadi bencana semisal banjir di Karawang, terlebih saat ini corona masih mewabah. Konsekuensinya jelas. Meninggalkan keluarga, bertaruh nyawa menerabas banjir saat evakuasi korban, kedinginan, terpapar virus corona, kurang tidur, makan dengan gizi seadanya, bahkan harus bisa menghibur para korban banjir di tempat pengungsian. Mereka pun tidak diupah.
Karena harus melayani para pengungsi yang jumlahnya sampai ratusan, Ichsan mengaku tidak ada kesempatan para relawan untuk tidur siang hari di posko peduli banjir. Kata dia, sebanyak belasan AMM ada di posko banjir, kecuali malam hari. Meski demikian, pelayanan untuk korban banjir selalu terbuka 24 jam.
Ketua tim Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kabupaten Karawang Yanuaris mengatakan, selama dua tahun menjadi ketua tim banyak hal dirasakan. Para personel juga harus rela meninggalkan rumah dan keluarga untuk membantu korban bencana. “Kalau suka duka banyak ya selama ini. Sukanya, bisa membantu banyak orang. Dukanya, merasakan kesedihan dari para korban,” ujarnya.
Ia melanjutkan, keluarga memberikan dukungan penuh terhadap pekerjaannya ini. Para anggota juga saling menguatkan satu sama lain. “Seluruh tim saling gotong royong,” ujarnya. (mra/cr6)
*Artikel ini dipublish oleh www.radarkarawang.id
Post a Comment