Official Website Pemuda Muhammadiyah Karawang

KH. Ahmad Dahlan Tauladan Pemuda dalam Menghadapi Era Disrupsi

Ichsan Maulana (Ketua PD. Pemuda Muhammadiyah Karawang)


Era Disrupsi

 

Secara singkat disruption adalah sebuah inovasi. Inilah inovasi yang akan menggantikan seluruh sistem lama dengan cara-cara baru. Disruption berpotensi menggantikan pemain-pemain lama dengan yang baru. Disruption menggantikan teknologi lama serba fisik dengan teknologi digital yang menghasilkan sesuatu yang benar-benar baru dan lebih efisien serta lebih efektif. Akademisi Amerika Clayton Christensen, disruption menggantikan ̳pasar lama‘, industri, dan teknologi, dan menghasilkan suatu kebaruan yang lebih efisien dan menyeluruh. Ia bersifat destruktif dan kreatif.

 

Inovasi memang sejatinya destruktif sekaligus kreatif. Karena itulah menurut Rhenald Kasali selalu ada yang hilang, memudar, lalu mati. Semua ini menakutkan sekaligus bisa membuat kita membentengi diri secara berlebihan. Di sisi lain ada hal baru yang hidup. Meski ada lapangan kerja yang hilang, selalu ada yang menggantikannya yang membutuhkan kretaivitas, semangat kewirausahaan, dan cara-cara baru, demikianlah siklus alam. 

 

Staf khusus Kementerian Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Prof. Ravik menyebutkan era disrupsi tidak bisa dihindari. Era disrupsi merupakan masa terjadinya inovasi dan perubahan secara masif, masifnya inovasi itulah yang bisa mengubah berbagai sistem dari pola lama ke pola baru.

 

Hari ini kita lihat hanya dalam waktu kurang dari 10 tahun, dahulu kita berkomunikasi jarak jauh tidak terlihat wajah melalui sambungan telepon/surat, tetapi sekarang kita dapat berinteraksi secara virtual kapanpun dimanapun melalui berbagai aplikasi dan sambungan internet.

 

Di dunia industri, kita pernah mengalami industri padat karya, dimana para pengusaha mempekerjakan orang sebanyak-banyaknya untuk menjalankan bisnisnya. Fasilitas tol misalnya, kurang dari 10 tahun lalu setiap masuk gerbang tol pasti bertemu dengan petugas untuk membayar tol menukar uang dengan tiket tol, hari ini kita cukup menempelkan kartu (uang elektronik) untuk masuk ke tol, pertanyaannya “kemana para pekerja yang dulu setiap masuk tol menyambut kita?”. Begitupun terjadi pada banyak industri lainnya.

 

Fenomena ini sangat mempengaruhi pertumbuhan kuantitas pembedayaan SDM, pengangguran semakin banyak, angka kriminalitas meningkat, kemiskinan merajalela, kelaparan dan sebagainya menjadi variabel negatif atas keniscayaan disrupsi.

 

Artinya disrupsi telah banyak merubah situasi sosial ekonomi budaya ke arah yang lebih efisien, bisa positif atau negatif, tergantung dari sudut pandang dan kemampuan kita dalam menghadapinya. Jika kita tidak mampu beradaptasi dari berbagai aspek, pemuda hanya akan menjadi penonton bahkan tergerus oleh perkembangan zaman.


Ilustrasi
Ilustrasi (Jejak Langkah 2 Ulama)


Kiaya Dahlan Muda

 

Lahir di Kauman Yogyakarta pada tanggal 1 Agustus 1968, sejak usia muda KH. Ahmad Dahlan anak dari KH. Abu Bakar yang merupakan ulama dan khotib terkemuka di DIY yang juga keturunan ke 12 Maulana Malik Ibrahim (Walisongo), telah menimba ilmu keagamaan dari tokoh-tokoh agama dilingkungan Masjid Besar Kesultanan Yogyakarta. Menginjak usia 15 tahun pemuda yang sejak kecil diberi nama Muhammad Darwis ini melakukan ibadah haji di Makkah dan menimba ilmu selama 5 tahun di timur tengah.

 

Di rentang usia 15-20 tahun inilah KH. Ahmad Dahlan mulai memperdalam ilmu keagamaan hingga menemukan konsep pembaharuan / moderasi dalam beramaliah yang ia dapat dari ulama-ulama pembaharu seperti Jamaludin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, dan Ibnu Taimiyyah.

 

Pulang ke tanah air pada 1888 di usia remaja ia mulai aktif mengisi khutbah di masjid besar dan mengajar agama untuk anak-anak disekitar Kauman. 15 tahun berlalu, KH. Ahmad Dahlan kembali ke tanah suci selama 2 tahun pada 1903 dan berguru pada Syekh Ahmad Khotib Al-Minangkabawi yang juga guru dari pendiri NU KH. Hasyim Ay’ari. 

 

Setibanya di tanah air dengan usia yang relatif muda (35-7) KH. Dahlan memulai menyebarkan pemikiran moderat nya melalui pendidikan dengan mengajar di Kweekschool dan Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren (OSVIA) sekolah pemerintah Hindia Belanda dan menerapkan konsep sekolah modern dilanggar (mushola) keluarganya. 


Bagi Kiayi Dahlan, pendidikan tidak hanya sekadar alat untuk mencetak sumber daya yang terampil dan menyiapkan masa depan mereka dalam kehidupan dunia sebagaimana tujuan pendidikan Belanda/Barat. Lebih dari itu, pendidikan merupakan alat untuk dakwah amar makruf nahi munkar. Tujuan pendidikan tidak hanya berdimensi duniawi, tapi mencakup dimensi ukhrawi.

 

Meski banyak penolakan serta ancaman akibat cara pandang amaliyah moderat yang dipraktikannya, kiayai Dahlan tetap konsisten dengan perlahan dan sistematis dalam dakwah, tidak menggebu-gebu, terukur, dan mengedepankan prinsip “Kepemimpinan adalah Keteladanan”. Sehingga ia banyak memberikan contoh secara langsung, bagaimana seharusnya manusia sebagai umat beragama memperlakukan manusia lainnya, dan bagaimana seharusnya, manusia dengan berpegang teguh kepada Al-Quran dan Assunah, tidak hanya menghadirkan diskursus ditengah majelis ilmu, tetapi juga ikhtiar dalam mengamalkannya.


Ilustrasi (Sang Pencerah)


Keprihatinan Kiaya Dahlan terhadap Kondisi Bangsa

 

Berbekal pengalaman dan pengetahuan agama, politik serta budaya yang ia dapatkan di timur tengah, menjadikan seorang ulama muda KH. Ahmad Dahlan memiliki pemikiran yang visioner, open minded, dan taktis dalam gerakan. Kiayi Dahlan muda menyadari bahwa hal fundamental yang mempengaruhi stagnasi bangsa Indonesia yang saat itu masih dalam cengkraman kolonialisme, disebabkan oleh cara berpikir kolot dan enggan memperbaharui kultur dalam segala aspek kehidupan. Padahal di kala itu (abad 18-19)  kehidupan dunia sudah mengalami perkembangan zaman dengan memulai dunia baru yang banyak memanfaatkan ilmu pengetahuan dan tekonolgi untuk menopang aktivitas hidup.

 

Kondisi demikian menjadi keperihatinan Kiayi Dahlan muda, sehingga dengan segala kemampuan dan keterbatasan instrumen yang ada, Kiayi Dahlan memulai gerakan pembaharuannya dengan mangajak para kaum muda untuk belajar meningkatkan ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum melalui berbagai upaya peningkatan pendidikan yang berorientasi pada kemampuan baik softskill maupun hardskill anak bangsa.

 

Kiayi Dahlan meyakini, dengan mengembangan ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum yang dipraktikan sesuai dengan perkembangan zamannya, melalui inovasi sistem pengajaran berbasis kurikulum serta melakukan transformasi fasilitas/media pembelajaran, mampu menumbuhkan semangat belajar yang tinggi sehingga dapat merubah pola pikir dan mindset yang dimiliki bangsa Indonesia, yang kemudian menjadi modal utama untuk mencapai peradaban yang merdeka seutuhnya.

 

Interaksi Sosial Kiayai Dahlan Hingga Menjadi Saudagar

 

Selain konsep peningkatan kualitas pendidikan, Karakter sosial dan kepiawaian Kiayi Dahlan dalam berkomunikasi serta menjaga ukhuwah antar sesama anak bangsa, membuatnya disegani hingga dengan mudah diterima oleh berbagai entitas dalam gerakan-gerakan sosial, politik maupun kegamaan, seperti Jam'iyatul Khair, Budi Utomo, Syarikat Islam dan Comite Pembela Kanjeng Nabi Muhammad SAW. 

 

Pengalamannya dalam gerakan kolaboratif demikian membuat KH. Ahmad Dahlan semakin matang dalam pemikiran dan semakin terukur dalam pergerakan, serta semakin luas jejaring sosialnya. 

 

Di sisi lain, Kiayi Dahlan muda juga konsen dalam kegiatan berdagang batik, KH Ahmad Dahlan ketika datang ke kota-kota lain, selain bertujuan untuk berdakwah, ia juga sering membawa kain batik Sudagaran sebagai barang dagangan. Karena itu, Kiai Dahlan selain sebagai seorang ulama juga merupakan pedagang batik (Budi Setiawan, Sesepuh Kampung Kauman Yogyakarta : Republika).

 

Insting saudagar ini pula yang memunculkan strategi wirausaha yang handal sehingga dapat menciptakan konsep amal usaha yang menunjang aktivitas dakwah secara mandiri dan berdikari.


Edutorium Universitas Muhammadiyah Surakarta

Sejarah Berharga di Usia Muda Tumbuh Kemasalahatan untuk Peradaban Semesta.


Satu abad lebih telah berlalu, berbekal pengalaman yang amat berharga di usia muda itu, sejak tahun 1912 KH. Ahmad Dahlan mendirikan Persyarikatan Muhammadiyah, hingga kini di tahun 2023 bisa kita lihat dan rasakan kehadiran aset yang jika diperkirakan mencapai 400 triliun rupiah, terdiri dari luas tanah 21.000.000 meter persegi, bangunan dan kendaraan. Didalamnya kokoh berdiri 28.000 lembaga pendidikan, ada 170 universitas, 400 rumah sakit, 340 pesantren dan ratusan panti asuhan serta lembaga sosial di dalam dan luar negeri yang melahirkan banyak kemanfaatan bagi semesta.


Menariknya, semua aset itu tidak ada satupun dimiliki/tertera atas nama pribadi, semua atas nama organisasi, dari umat, oleh umat untuk umat. Oleh karena itu penulis meyakini KH. Ahmad Dahlan juga telah berhasil menerapkan konsep softskill tentang keikhlasan, niat yang tulus, dan tekad yang bulat serta dedikasi tinggi kepada para kader dari masa ke masa yang melanjutkan estafet kepemimpinan dalam Muhammadiyah.

 

Gagasan dan konsep yang di dikembangkan oleh KH. Ahmad Dahlan dalam mengejawantahkan pembaharuan amaliyah serta kemurnian agama dan ilmu pengetahuan umum, dengan kerangka moderenisasi serta perluasan jaringan sosial, telah menjadi bukti bahwa setidaknya ada 5 (Lima) poin penting yang harus dimiliki pemuda di era disrupsi seperti sekarang ini, yakni MoralityCritical Thingking, Creativity, Communication, and Collaboration.

 

Hal demikian bisa kita dapatkan melalui pengalaman berorganisasi, pendidikan, dan rasa haus akan belajar apapun tentang ilmu agama untuk peningkatan kualitas teologis dan moral manusia, serta pengetahuan umum dan teknologi sebagai modal untuk menjalankan muamalah duniawiyah di era disrupsi menuju kemajuan peradaban.


Perdalam kemampuan yang kita miliki apapun kompetensinya, tidak perlu memaksakan diri menjadi seorang ahli IT untuk beradaptasi dengan perkembangan digitalisasi. Pun demikian, bukan hanya seorang sarjana manajemen bisnis, yang bisa menjalankan konsep strategi bisnis. Kita bisa bekerjasama dengan berbagai orang yang pasti kita temui di perjalanan masa muda kita, jika dijalankan dengan baik produktif, dan penuh tanggung jawab.

 

Wallahualam..

 

Ichsan Maulana

Ketua PDPM Karawang


Diberdayakan oleh Blogger.